Postingan

Menampilkan postingan dengan label Opini

Di Donggo, 3 Penganut Agama Hidup Rukun, Dilain Tempat Justeru "Membantai" Sesama

Gambar
Penulis Oleh : Pimpinan Media online Bebek Top, Anhar Donggo Sila Kendati hidup berdampingan dalam keyakinan berbeda, ada yang Agama Islam, Kristen Protestan dan Khatolik. Namun kehidupan 3 Penganut Umat BerAgama dibeberapa Desa Kecamatan Donggo tetap rukun dan harmonis. Beberapa Desa dimaksud sebut saja, Dusun Salere Desa Mbawa, dusun Nggeru Kopa Desa Palama dan Desa Sangari. Tak hanya itu, kerukunan juga terjadi di Dusun Tolonggeru. Masyarakat dibeberapa Dusun/Desa tersebut saling menghargai dan menghormati satu sama lain, bahkan tidak ada perselisihan. Baik antar penganut Agama Islam dengan Kristen Protestan maupun Khatolik. Kerukunan dalam perbedaan Agama di Donggo sudah berlangsung lama. Dari generasi ke generasi, bahkan ada yang menjalin ikatan pernikahan beda Agama. Menurut Kepala Sekolah (Kepsek) SDN Inpres Saba, Aidin Masrun,S.Pdi kesadaran beragama dan toleransi merupakan cerminan kepribadian masyarakat yang menghargai perbedaan. Atas keharmonisan antar umat beragama, Desa P

Restorasi Falsafah Bima “Maja Labo Dahu”

Gambar
(Penulis Oleh : Esha Wadahnia Nurfathonah) Budaya diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. tanpa masyarakat, kemungkinannya sangat kecil untuk membentuk sebuah kebudayaan. Sebaliknya, tanpa kebudayaan tidak mungkin manusia baik individu maupun kelompok dapat mempertahankan hidunya. Ali Syariati dalam bukunya Ideologi Kaum Intelektual mengatakan bahwa setiap manusia membutuhkan sebuah kebudayaan karena kebudayaan akan mempengaruhi ideologi setiap orang terhadap lingkungan kehidupannya. Peradaban yang baik lahir dari kebudayaan yang baik pula. Sistem nilai budaya merupakan bentuk pandangan hidup yang dianut oleh masyarakat dan telah dipilih secara selektif oleh individu-individu dan golongan masyarakat. Dengan artian bahwa budaya adalah pedoman atau norma-norma yang berlaku dalam tatanan sosial masyarakat. Bima adalah salah satu daerah yang berada di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Terdapat beberapa suku di NTB, suku-suku ini terangkum dalam satu kata populer “SASAMBO”: Sasak

Mimpi yang "Tertabrak" Lari

Gambar
    Oleh: RUDY RADIANSYAH Desa Kala, September 2021 Waktu itu, kira- kira tahun 2017an (Tamat SMA) menolak sekolah lanjut perguruan tinggi. Sebelumnya nakal, dan masih nakal bahkan sangat. Tapi, nakal ringan. Ia, sekedar curi Ayam warga. Minta mama! "Elu kuliah sambil kerja, boleh di Kupang (NTT ), Jakarta atau di Bima," pinta mama. "Saya memilih buruh tani apakah itu di Bima, Jakarta dan Kupang," jawab Aku. Aku memilih- Nya dengan dalil "Balas Dendam" Bukan dengan mama  tetapi dengan orang- orang sekitar. Mereka kerap bilang begini; Sesungguh- sungguh Elu berkerja hanya dapat luka. Artinya sia- sia, karena yang mengatur kehidupan adalah yang maha kuasa. Pantang!!  Karena diam adalah malapetaka. Aku  memilih kerja,  keras dan sungguh-sungguh. "Miskin itu takdir. Tetapi, Aku memilih  melawannya," mimpi Aku. Sebulan kemudian, nakal masih seperti biasa kantong sisa 4jt. Pendaftaran kuliah dibuka di STKIP-TSB. Karena pertimbangan- pertimbangan Aku me

Meneropong Faktor Motivasi Koruptor serta Cara Mengatasinya

Gambar
Sudah tak terhitung lagi, bearpa kali jumlah diskusi dan seminar dalam kaitannya dengan korupsi di tanah air. Namun solusi yang dilakukan sepertinya berbanding terbalik, dalam artian, malah kegiatan para korupstor semakin meraja lela. Padahal semua orang tahu bahwa  korupsi melanggar hukum. Ini terbukti, semakin banyak yang ditangkap, malah “masalah keserakahan elite”tak mampu mengurangi kegiatannya. Bahkan, hasil kegiatan korupsi itu, telah mencoreng citra bangsa di mata internasional.  Iya, sangatlah wajar jika  kampanye anti keserakahan kian gencar dilakukan masyarakat  termasuk yang dilakukan para pendemo,di berbagai tempat,  dapat dijadikan sebagai salah satu upaya memberantas korupsi. Sayang sekali, semakin didemo oleh para pendemo, malah para koruptor di berbagai tempat, tidak pernah berhenti di titik nol, dalam artian, idenya dalam menghadirkan strategi, semakin bertambah, hingga korupsi tak pernah pupus di tanah air yang kita cintai ini. Lalu apa faktor penyebabnya? Berbagai

Mari Menganyam Kisah Cinta dalam Hidup

Gambar
Kisah-kasih dalam romantika hidup umat manusia di bawah kolong langit ini, tak pernah pupus, alias termakan arus zaman. Boleh jadi, itulah proses hidup. Sebentar ada bahagia yang dirasa, sementara, sebentar lagi ada duka lara yang menggores kalbu. Bagaimana tidak? Ketika  merajut cinta misalnya, selalu saja ada dusta (ingat syair lagu: Ada dusta di antara kita). Ini berarti yang bersemayam dalam hati adalah rasa kebersamaan semu. Lalu, rasa kebersamaan sejati dalam cinta, disimpan di mana? Nah di sinilah, dibutuhkan upaya jitu untuk segera meneropong sebab-musababnya guna mengurangi kepedihan hati. Iya, kalau boleh disimpulkan, dalam hidup,  hanya ada dua alternatif hidup, ‘BAHAGIA dan DERITA’ ATAU ‘SUSAH DAN SENANG’. Bagaimana cara kita untuk mencari berupa langkah praktis antisipasi masalah, guna mengatasi kehadiran rasa susah, dalam artian, susahnya kurang dan dominan yang diperoleh adalah bahagia? Setiap individu pasti  memiliki jawaban pastinya  dan sering disimpan baik-baik di s

Kehilanganmu Menoreh Luka

Gambar
KEHILANGAN ? Ya, kehilangan memberi warna tersendiri. Dan pasti dirasakan oleh setiap orang. Entahlah, apakah kehilangan orang tua karena diterjang banjir bandang, kehilangan sanak saudara karena ditembak mati dalam perang, kehilangan om dan tante karena bunuh diri lantaran anak gadisnya kabur bersama kekasih tercinta, dan atau kehilangan harga diri. Pokoknya, kehilangan akan menoreh luka yang amat dalam. Seperti kehilanganku kali ini, anakku mudik duluan dalam warna tersendiri. Aku kehilanganmu membuatku bukan saja sedih, pedih, akan tetapi kehilangan itu juga bisa menoreh luka. Setumpuk beban bergelut dalam benakku saat ini. Terasa begitu menyiksa bahkan memaksa aku  untuk mencoba tersenyum tegar yang luruh sekaligus berusaha sampai mogok makan. Ya, kontradiksi sekali ketika cinta bersemi, dunia terasa milik kita berdua. Ya, ketika makan ingat kamu, ketika ke wc ingat kamu dan ketika hendak tidur juga ingat kamu. Tapi kini ke manakah semua itu pergi? Pertanyaan mendasar yang perlu di

Melirik Makna di Balik Ungkapan “Kalemboade”

Gambar
Oleh Usman D.Ganggang Dalam pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia, tidak sedikit sumbangan kata - kata dan ungkapan bahasa dari bahasa asalnya yakni bahasa Melayu (BM) , kemudian ditambah dengan kata- kata dan ungkapan bahasa Daerah (BD), dan bahasa Asing (BA) seperti bahasa Arab (BA), bahasa Inggris (Bing), bahasa Belanda (BB), bahasa Portogis, dan lain – lain sekedar contoh.  Bahasa Bima (BB) yang merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia juga mempunyai ungkapan yang barangkali dapat diangkat ke permukaan. Salah satu ungkapan dari bahasa Bima (BB) adalah kalemboade yang frekuensi penggunaannya oleh pemakai bahasa Bima (BB) sangat tinggi, bahkan di daerah tetangganya, ungkapan kalemboade sangat dominan dimanfaatkan. Sayang bagi mereka yang di luar Bima, menafsirkan makna idiom/ungkapan kalemboade tidak lebih dari “bersabar” saja. Mengingat pemahaman frekuensi penggunaan makna tersebut t, penulis mencoba melakukan penelitian sederhana . Hasilnya, makna kalemboade, ternya

Menggali Hikmah Cerpen: ”Robohnya Surau Kami” Sastra merupakan Gambaran Pengalaman(2)

Gambar
Oleh Usman D.Ganggang   Sastra merupakan gambaran pengalaman, baik pengalaman yang dialami sendiri maupun pengalaman orang lain. Kehadirannya pun bukan sekedar untuk dihadirkan. Akan tetapi seorang pengarang berusaha menghadirkan sejumlah hikmah untuk penikmatnya ( baca : pembacanya). Itu pulalah sebabnya, ketika kita berhadapan dengan sebuah karya sastra, cerpen misalnya, selalu saja kita terhanyut bahkan karena alur ceritanya menarik, kita pun terseret ke dalamnya setelah kita jumpai makna tersirat dari yang tersuratnya. Sastra pun tidak hanya memiliki nilai, akan tetapi di dalamnya juga mempunyai sasaran atau tujuan buat penikmat (baca: pembaca). Begitulah sejatinya sebuah karya sastra seperti cerpen atau novel. Selalu menawarkan nilai sekaligus tujuan dan hikmah bagi pembacanya. Nah, kalau kita menelusuri makna tersirat dari tersuratnya Cerpen “ Robohnya Surau Kami”(RSK) karya Ali Akbar Navis di atas yang dijadikan judul artikel ini, pastilah kita terseret ke dalamnya. Pasalnya,